Polisi Buru Maling Berpistol yang Tembak Warga di Jaksel

Polisi Buru Maling – Jakarta Selatan kembali diguncang teror kriminal. Kali ini bukan sekadar pencurian biasa—seorang maling nekat menembak warga yang memergokinya saat beraksi. Kejadian terjadi pada dini hari, saat sebagian besar warga masih tertidur lelap. Suasana yang semula tenang seketika berubah menjadi kacau, dipenuhi jeritan dan kepanikan.

Menurut keterangan saksi mata, pelaku terlihat menyusup ke kawasan perumahan di daerah Kebayoran Lama. Ia bergerak cepat, seperti sudah hafal medan. Namun malangnya, aksinya dipergoki seorang warga yang curiga dengan gerak-geriknya. Tanpa pikir panjang, si maling langsung mengeluarkan pistol dan melepaskan tembakan. Satu peluru bersarang di bagian bahu korban, yang langsung tumbang bersimbah darah.

Warga sekitar sontak berhamburan keluar rumah. Teriakan minta tolong bergema, dan suasana mencekam menyelimuti lingkungan. Pelaku, memanfaatkan kepanikan itu, kabur ke arah jalan utama dengan sepeda motor tanpa plat nomor.

Polisi Gerak Cepat, Tapi Pelaku Licin

Polres Metro Jakarta Selatan langsung bergerak cepat begitu menerima laporan. Tim Reskrim di kerahkan menyisir lokasi kejadian, memeriksa CCTV di sekitar, serta mengumpulkan keterangan dari para saksi. Namun hingga kini, pelaku belum tertangkap. Yang lebih mencengangkan, pelaku di duga bukan maling biasa. Ciri-ciri fisik, kelengkapan senjata, dan cara kabur yang rapi menimbulkan dugaan bahwa ia terlatih.

Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol. Ade Ary Syam Indradi, dalam pernyataan pers-nya menyebutkan bahwa tim khusus telah di bentuk untuk memburu pelaku. “Ini bukan kejahatan spontan. Ada indikasi kuat bahwa pelaku telah memetakan lokasi dan memiliki keahlian menggunakan senjata api. Kami tidak akan tinggal diam,” tegasnya.

Polisi juga mengamankan beberapa barang bukti, seperti proyektil peluru yang menembus dinding rumah dan satu bonus new member 100 milik pelaku yang tertinggal saat melarikan diri. Data rekaman CCTV pun menunjukkan sosok pria bertubuh tinggi, mengenakan jaket hitam dan helm full-face. Namun, kualitas video yang buram menyulitkan identifikasi lebih lanjut.

Warga Takut, Ketakutan Menyebar

Kejadian ini membuat warga semakin waspada—dan takut. Bagaimana tidak? Di tengah kawasan yang di kenal relatif aman, kini muncul sosok kriminal bersenjata yang berani menembak siapa pun yang menghalangi. Beberapa warga bahkan mulai mempertimbangkan untuk memasang kamera pengawas tambahan atau menyewa satpam malam.

Ketua RT setempat, Pak Darto, mengungkapkan kekecewaannya atas peristiwa ini. “Ini bukan lagi maling cari makan, ini sudah seperti aksi teroris. Tembak warga cuma karena ketahuan? Gila!” ujarnya dengan nada marah. Ia juga mengimbau agar warga lebih berhati-hati dan tidak mencoba menghadang pelaku kriminal sendirian.

Di sisi lain, media sosial langsung di penuhi unggahan video dan komentar soal kejadian ini. Banyak yang mengecam aksi brutal si maling, tapi tak sedikit pula yang mempertanyakan bagaimana pelaku bisa dengan mudah memiliki senjata api. Ada yang menyindir, “Di negara ini, maling lebih dulu punya pistol daripada polisi patroli.” lojaoutletbrasil.com

Senjata Api Ilegal, Jaringan Lebih Besar?

Fakta bahwa pelaku menggunakan pistol menjadi sorotan utama. Dari hasil penyelidikan awal, polisi menduga senjata yang di gunakan adalah rakitan, jenis revolver dengan peluru kaliber .38. Meski bukan senjata militer standar, tetap mematikan jika di gunakan dari jarak dekat.

Kemungkinan adanya jaringan peredaran senjata ilegal kembali mencuat. Jakarta, meski bukan zona konflik, tetap rawan peredaran senjata gelap, terutama lewat jalur pelabuhan tikus atau pasar gelap online. Bila benar pelaku terhubung dengan jaringan seperti ini, berarti persoalan lebih serius dari sekadar aksi maling biasa.

Dari hasil penelusuran polisi, kejadian serupa—meski tanpa penembakan—pernah terjadi di kawasan Jagakarsa dan Pasar Minggu beberapa bulan lalu. Modusnya sama: beraksi cepat, target rumah-rumah mewah yang pengamanannya longgar, dan pelaku menggunakan senjata api untuk mengintimidasi.

Kini warga hanya bisa berharap pelaku segera di tangkap sebelum ada korban lain. Satu hal yang jelas: kota ini tak lagi setenang yang dulu. Jaksel yang dulunya jadi tempat “nongkrong asyik”, sekarang jadi lokasi perburuan seorang kriminal bersenjata. Dan semua orang, dari polisi sampai warga biasa, sedang di hantui satu pertanyaan yang sama—seberapa jauh pelaku akan pergi sebelum akhirnya di tangkap?